Kamis, 13 Juni 2013

Tradisi Omed-omedan Desa Sesetan, Denpasar


I.                   Pengertian dan sejarah

Dalam bahasa Indonesia, omed-omedan berarti tarik-menarik.Namun dalam bahasa Bali, sama halnya dengan paid-paidan yang artinya juga tarik-menarik. Tradisi omed-omedan adalah upacara adat yang diperingati warga Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan. Konon mulanya, usai Hari Raya Nyepi, teruna-teruni (pemuda-pemudi) sekitar kerajaan Puri Oka menggelar permainan med-medan. Mereka tarik-menarik, semakin seru dan gembiranya mereka kemudian saling merangkul, dan keadaan menjadi gaduh karenanya. Susasana ricuh tersebut didengar raja Puri Oka yang sedang sakit, beliau marah besar dan kemudian ia berniat keluar untuk menghardik sumber kegaduhan tersebut. Namun setibanya ia di luar dan menyaksikan adegan itu, amarahnya hilang. Sejenak rasa sakitnya berkurang, dan mendadak hilang hingga ia sehat seperti sediakala. Sang raja dapat tersenyum, dan bahagia kembali.
Semenjak saat itu, raja lalu mengeluarkan titah agar omed-omedan dilaksanakan tiap tahun, tiap tanggal satu tahun Cakka kalender Bali, atau yang dikenal dengan Ngembak Geni (sehari setelah Nyepi). Menurut I Gusti Ngurah Oka, tradisi ini merupakan luapan kebahagiaan anak-anak muda saat Ngambek Geni. Selain sebagai unsur hiburan, sampai saat ini tradisi omed-omedan memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah penghormatan terhadap leluhur, memupuk rasa kesetiakawanan dalam kerangka saling asah, asih dan asuh. Juga menjaga keharmonisan hubungan sesuai dengan norma yang berlaku, membangun solidaritas dan persatuan masyarakat dalam situasi bahagia.



 I.                 Prosesi Omed-omedan

      Para teruna-teruni yang mengikuti tradisi adalah warga Banjar yang menginjak dewasa namun belum menikah, umumnya berusia tujuhbelas hingga tiga puluh tahun. Sebelum acara dimulai, sekitar pukul 14.00 wita, mereka berkumpul untuk bersembahyang bersama. Seusai kegiatan tersebut, semua peserta dibagi menjadi dua kelompok. Yang putra menjadi satu barisan, dan yang putri berada pada barisan lain. Kedua kelompok tersebut mengambil posisi saling berhadapan di jalan utama desa. Setelah seorang sesepuh desa memberikan aba-aba, kedua kelompok saling mendekat. Peserta yang akan melakukan tradisi ini digendong sesuai urutannya, kemudian dipertemukan dengan pasangan lawan jenisnya. Setelah bertemu pada suatu titik kemudian mereka saling tarik-menarik, berpelukan dan berciuman disaksikan ribuan penonton, warga sekitar maupun wisatawan.
      Prosesi tersebut dilakukan bergantian dan bergiliran hingga semua peserta kebagian berciuman. Namun menurut cerita, untuk mencium pasangan tidaklah mudah, mengingat ramainya dan berjubel para penonton yang memadati area. Bagi mereka yang berhasil mencium pasangannya, dibolehkan berhenti setelah para tetua adat membunyikan peluit. Jika tidak berhasil, pasangan tersebut akan disiram air hingga basah kuyub. Awalnya siraman air ini hanya diberlakukan untuk pasangan yang gagal berciuman, namun karna antusias dengan kemeriahan tersebut, hampir tiap peserta diguyur setelah usai berciuman. Sehingga tradisi ini memang rentan dengan air dan basah-basahan.



II.              Pro dan Kontra
      Tidak semua masyarakat Bali, bahkan warga Desa Sesetan sendiri, menyetujui tradisi Omed-omedan. Dengan berbagai alasan, seperti adanya undang-undang pornografi, ketidaksesuaian dengan norma kesopanan, dan kontra lainnya. Tradisi ini pernah ditiadakan pada sekitar tahun 1970-an oleh keputusan para sesepuh Banjar. Namun tak lama berselang, ada kejadian aneh dan unik yang terjadi di pelataran Puri Oka. Yaitu perkelahian antara dua ekor babi yang asal-usulnya tidak diketahui kepemilikannya, dan darimana. Anehnya, di tengah perkelahian, dua ekor babi tersebut menghilang seketika. Oleh warga sekitar, kejadian tersebut dianggap sebagai pertanda buruk. Maka Omed-omedan pun kembali dijalankan sebagai tradisi tiap tahunnya.

 I.                 Lampiran
   





sebelum dilakukan prosesi, teruna teruni sembahyang dulu

ritual sembahyang

ini nih suasana omed omedan, ramai kan?
Nah ini barisan teruni

barisan teruni antri giliran





* Omed-omedan memiliki seragam khusus tiap tahunyya. Artikel diatas diambil dari berbagai sumber yang kemudian saya olah dengan bahasa sendiri. Untuk gambarnya, saya hanya googling hehe maklum belum pernah menyaksikan omed-omedan secara langsung. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sederhana, tidak sempurna, kesalahan pasti ada. Bagaimana menurutmu?