Selasa, 23 Juni 2015

A Broken Wing Letter

Bukan lagi alarm pagi, ataupun ayam jago yang berkokok menyambut mentari. Namun, suaramu lah yang memekakkan telinga,  menyentak ketenangan kala tidur lelapku. Mataku menjelit keluar, detak jantungku berantakan. Acak-acakan. Hal buruk terjadi di luar sana, aku tahu. Antara kau, dan lelaki yang telah lama kita cintai. Lelaki yang membimbing dan melindungi kita, seraya pohon yang dipakai berteduh seorang musafir. 

Rasanya aku ingin membenamkan wajah di balik bantal dan menutup telinga rapat-rapat, berusaha menghindari kenyataan. Tapi, tidak! Sungguh aku seperti menyeburkan diri ke dalam sumur, ketika kuberdiri menyaksikan wajah asam kalian yang menyimpan tatapan sengit. Jerit tangismu, mengisyaratkan kekecewaan yang tak terbendung lagi. Air matamu, tumpah ruah mengaliri pipi dan wajah yang selama ini kutatap menyimpan kedamaian.

Entah, kedamaian seperti apa yang akan kudapat setelah peristiwa ini. Seperti orang bilang, kertas yang sobek tak akan bisa utuh kembali. Dan aku, gadis yang tak cukup kuat untuk berdiri di antara kebohongan kalian yang saling menutupi permasalahan.

Please guys don't hurt each other, let me be loved without the broken wing story. I'm not brave enough to be there in the middle of your fuckin conflict.




Sincerely,
your single little daughter.