Selasa, 12 Februari 2013

Ciye habis putus!


Oleh: Fatwa Tentawa, S.Psi MSi

 “Putus pasti ada sebabnya. Mungkin terjadi kekerasan, kata yang saling menyinggung, mengekang atau konflik lainnya. Pisah pasti karena ada yang tidak cocok di dalam sebuah hubungan,” terang Pak Fatwa, dosen psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Dari ketidakcocokan tersebut, bisa terjadi salah satu pihak tidak terima sehingga mengakibatkan permusuhan. “Jika ‘si tersakiti’ ini terus mengingat pengalaman buruknya tersebut, maka akan muncul trauma lalu ia memilih menjauh,” jelas Pak Fatwa mengenai permusuhan remaja pasca putus pacaran.
 “Pacaran itu normal bagi remaja, karena remaja adalah usia perkembangan dimana remaja ingin mengenal dan melakukan pendekatan dengan lawan jenis,” itu adalah pendapat dari Fatwa Tentawa, dosen sekaligus psikolog remaja. Menurutnya, remaja sangat mudah melakukan upaya untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Bagaimana caranya? “Ya dengan berbagai macam cara sampai dapat membuat ‘inceran’ menjadi pacarnya,” tambahnya.
            Di dalam sebuah hubungan kedua belah pihak harus saling merasa dihargai. Seperti simbiosis mutualisme, menurut Pak Fatwa. “Yang menguntungkan itu harus saling mengerti dan pandai mengatur emosi. Dengan begitu, hubungan akan berjalan baik dan  bisa langgeng.”
            Namun, alangkah lebih baik jika kedua pihak sama-sama mengambil sisi positif dari perpisahan tersebut. “Syukuri saja jika memang putus adalah jalan terbaik daripada terus dilanjutkan tetapi sama-sama tersakiti” ujarnya. Ada beberapa solusi untuk menjaga silaturahmi dengan mantan dari pak Fatwa. “Ya sebaiknya pandai manajemen emosi, dengan cara berpikir positif kalau memang perpisahan jalan terbaik, optimis bahwa nanti akan mendapat pengganti yang lebih baik.” 

 ( Cecelia Dwi/ Eugenia Tyaswening )
tugas untuk kolom pakar rubrik Kaca Kedaulatan Rakyat edisi 5