Sabtu, 20 September 2014

I'm Only Me When I'm With You


Mungkin kata sapaan 'hai' dan 'helo' adalah basa-basi yang paling basi saat disuguhkan terhadap orang yang pernah memiliki arti penting dalam keseharian, ditambah senyuman buaya yang padahal kita sama-sama tau bahwa ada banyak hal yang harus kita bicarakan lebih dari sekadar sapaan. Kondisi ini telah berbeda dengan dulu saat kita masih menjadi pribadi yang saling mengenal, saling mengetahui dan benar-benar menjadi diri sendiri ketika bersama. Namun beberapa bulan terakhir ini, masing-masing dari kita terseret oleh dimensi waktu yang menyita komunikasi dan pertemuan. Krisis keduanya.
“Kita” yang dulu saling menopang, tinggallah “aku” dan “kamu” yang hanya bisa saling melihat. Tak ada orang lain yang pandai memahamiku kecuali kamu yang kupercaya untuk mengetahui jati diriku. Kembalilah menjadi kita, karena aku adalah aku saat aku bersamamu.
***
"I don't try to hide my tears
The secrets, or my deepest fears
Through it all nobody gets me like you do
And you know everything about me"


#fiksilaguku @kampusfiksi
NP: I'm Only Me When I'm With You
- Taylor Swift - 

Selasa, 02 September 2014

Eh anak kuliahan

Holaaa ma blog! Been so long I do not visit you. Last three weeks ago and its ma weird post I think. Everyone talk about their university nowadays, and I wont to be just a reader, I want to share mine, too. Ok, let me start!

At first, aku punya mimpi untuk menjadi mahasiswi universitas negeri di Yogyakarta. Jangankan aku, bahkan semua orang pasti berkeinginan dan bermimpi untuk melanjutkan studinya di kampus ternama di Yogyakarta. Sebut saja itu kampus UGM. Ya, karena memang itu namanya. #plak. Namun pada akhirnya, mimpi hanyalah mimpi. Mimpiku itu tinggal kenangan. #halah. Sekarang, aku hanyalah salah satu dari jutaan orang yang PERNAH berharap. Sampai akhirnya aku sadar, aku tak sepintar itu, aku tak sepintar mereka yang sukses melewati tesnya, aku tak sepantas itu untuk mewujudkan mimpiku, aku tak cukup berhasil untuk memberi hadiah kedua orangtuaku dengan kabar gembira dari anak bungsunya ini.
Aku kira, dengan mengais-ngais kesempatan sampai pada tahap terakhir, aku akan menemukan titik terang. Ya, kukira. Kukira Tuhan menyelipkan surat gembira di akhir-akhir tes yang kukerjakan. Di mana beberapa temanku sudah menyerah dan memutuskan untuk bertaut di Perguruan Tinggi Swasta pilihan mereka. Tapi akhirnya, aku gagal juga. Gagal lagi kecewa lagi. Bahkan dengan jujur aku merasa cukup puas dengan tes ketrampilan dan wawancara untuk prodi bahasa Inggris di UNY, aku tak keberatan untuk berpikir positif bahwa aku....ya, ah sudahlah, abaikan. Aku hampir gak percaya saat nomor tesku tak terpampang di halaman pengumuman. Dengan bodoh aku berpikir bahwa nomor dan namaku bisa muncul dengan tiba-tiba. Tapi..ENGGAK! Seberapa lama aku menatap, itu hanya akan tetap menjadi jawaban yang buruk. Istighfar deh, mana bukti positif thinking yg selalu gencar dibicarakan orang? Hoax!
Aku anggap itu adalah tamparan Tuhan. Aku harus segera bangkit dengan realita yang tak sesuai dengan harapan. Seolah debu menegurku, "seberapa besar usahamu?" Dan angin, tetap saja memberi isyarat kegagalan.

Second, UPN. 
Hay..canggung banget rasanya. Aku masih nggak yakin kalau pada akhirnya aku menyanding status sebagai (calon) mahasiswi UPN. Sekali lagi aku tertampar, "ini swasta lho Cel, nggak ada lagi kesempatan untuk negeri." IYA DEH BANG, IYA!
Aku ngrasa gak cocok dengan orang-orang di (grup Line) sana. Entahlah, mungkin karena aku masih hidup dengan reruntuhan puing masa lalu. #ABAIKAN. Sampai pada saat gathering, voila! welcome! Aku sangat senang cekaliiiii~ Alhamdulilah punya kenalan yang baik-baik. Pertama kali ketemu mereka, memang harus cerewet. Karena yang pendiam akan tertindas. Orang-orang di sana terlalu mudah untuk tertawa dan bahagia. Maka aku juga harus begitu.

At least...
Terimakasih Tuhan, Engkau telah mempertemukan aku dengan jurusan yang aku idamkan sejak awal aku masuk SMA. Kauwujudkan keinginanku. Sekarang, broadcasting ada di depan mata :) 
"Buat apa kamu kuliah di negeri kalau dengan jurusan yang ecek-ecek, jurusan yang enggak kamu minati dan hanya faktor keberuntungan karena pesaingnya sedikit? Kuliah untuk masa depan, sesuaikan bakat dan minat. Sekarang, ya inilah yang kamu inginkan, ini pilihanmu sejak awal. ILMU KOMUNIKASI."
Alhamdulilah, aku sadar. Allah kasih apa yang aku citakan.


Selamat untuk seluruh mahasiswa baru angkatan 2014.

Best regards, Cecelia.