Sabtu, 30 November 2013

Decemberain



“Cewek bodoh! Mau sampe kapan kamu nungguin dia? Move on dooonggg, move on!” 
Sudah kebal aku mendengar celotehan macam itu, dari berbagai orang yang berbeda. Namun tak kunjung bosan aku untuk di sini. Tetap menanti. Berlandaskan janjimu untuk kembali.
            Hampir setiap Sabtu sore aku duduk di meja kafe ini, sendiri. Berteman sepi. Mengingat indah kenangan yang kau ukir dalam benakku. Aku tidak peduli dengan banyaknya anak muda yang berpasang-pasang mengisi tiap meja kafe yang disuguhkan untuk pengunjung. Hanyut dalam obrolan cinta dengan hangatnya senyum dan tatap muka, mengukir cerita. Aku tidak peduli! Karena pernah kualami, bersamamu, di tempat ini. Yaaa...kira-kira sekitar tiga tahun yang lalu.
            Tepat pada 17 Desember ini, tiga tahun yang lalu, kita berjumpa untuk yang keterakhir kali. Sebelum keesokan harinya kau harus terbang demi melanjutkan studimu di suatu tempat yang kusebut itu negara bebas tak beragama. Beda benua.
            “Aku nggak mau lihat kamu nangis saat aku pergi. Tetap ingin kuingat senyummu di tempat baruku nanti,” katamu menenangkan. Genggaman tanganmu hangat. Tapi hambar. Hembus nafasku berbisik bahwa ini perpisahan.
            Kita berdua duduk menatap hujan. Di meja langganan setiap kali ke sini, tepi jendela. Sama seperti saat ini yang sedang kulakukan. Sembari menyeduh cokelat panas, lamunanku berkeliaran seraya kendaraan berlalu-lalang di luar sana. Aku memikirkanmu.
            Aku berusaha untuk tidak mengkhawatirkanmu. Cukup tenang. Tiada wanita yang aku lihat menjadi teman dekatmu di jejaring sosial. Artinya itu tak ada yang menggoda mata dan nafsumu meski mayoritas wanita disana sangat jauh lebih seksi daripada aku yang berjilbab di sini.
            Hujan di bulan Desember selalu menghadirkan bayangmu dalam pikiran. Menjadi musim misteri yang terhantui janji manismu. Kapan, kapan kamu akan menemuiku lagi? Melanjutkan kisah roman kita yang telah tiga tahun terhenti, terpisah jarak dan waktu.
            Pernah kuterima e-mail­mu, namun tak ada balasan berlanjut setelah aku balas kemudian. Selama satu tahun terakhir ini, kamu juga jarang update status di facebook. Sampai akhirnya, kemarin sore, tiba-tiba begitu banyak pembaruan di akunmu. Foto-foto, status, dan pesan dindingmu bersama kawan-kawan di sana.
            Mengejutkan. Foto-foto mesra, bersama teman-temanmu. Aaahh...aku tak habis pikir! Apa kini kau menyukai sesama jenis? Semua kemungkinan terburuk bisa saja terjadi, apalagi untuk kamu yang tak cukup kuat iman untuk mengikuti pergaulan bebas di negeri orang.
            Hujan di bulan Desember kali ini sedikit melunturkan harapku akan datangmu. Pikiran berkecamuk. Semakin kalut. Kenapa kau jadi seperti ini? Adakah kemungkinan untuk kita bersama lagi, merajut kisah kasih dengan cinta yang wajar?

                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sederhana, tidak sempurna, kesalahan pasti ada. Bagaimana menurutmu?