I.
Pengertian
dan sejarah
Dalam bahasa Indonesia, omed-omedan
berarti tarik-menarik.Namun dalam bahasa Bali, sama halnya dengan paid-paidan
yang artinya juga tarik-menarik. Tradisi omed-omedan adalah upacara adat yang
diperingati warga Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan. Konon mulanya,
usai Hari Raya Nyepi, teruna-teruni (pemuda-pemudi) sekitar kerajaan Puri Oka
menggelar permainan med-medan. Mereka tarik-menarik, semakin seru dan
gembiranya mereka kemudian saling merangkul, dan keadaan menjadi gaduh
karenanya. Susasana ricuh tersebut didengar raja Puri Oka yang sedang sakit,
beliau marah besar dan kemudian ia berniat keluar untuk menghardik sumber kegaduhan
tersebut. Namun setibanya ia di luar dan menyaksikan adegan itu, amarahnya
hilang. Sejenak rasa sakitnya berkurang, dan mendadak hilang hingga ia sehat
seperti sediakala. Sang raja dapat tersenyum, dan bahagia kembali.
Semenjak saat itu, raja lalu
mengeluarkan titah agar omed-omedan dilaksanakan tiap tahun, tiap tanggal satu
tahun Cakka kalender Bali, atau yang dikenal dengan Ngembak Geni (sehari
setelah Nyepi). Menurut I Gusti Ngurah Oka, tradisi ini merupakan luapan kebahagiaan
anak-anak muda saat Ngambek Geni. Selain sebagai unsur hiburan, sampai saat ini
tradisi omed-omedan memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah penghormatan
terhadap leluhur, memupuk rasa kesetiakawanan dalam kerangka saling asah, asih
dan asuh. Juga menjaga keharmonisan hubungan sesuai dengan norma yang berlaku,
membangun solidaritas dan persatuan masyarakat dalam situasi bahagia.
I.
Prosesi
Omed-omedan
Para
teruna-teruni yang mengikuti tradisi adalah warga Banjar yang menginjak dewasa
namun belum menikah, umumnya berusia tujuhbelas hingga tiga puluh tahun. Sebelum acara
dimulai, sekitar pukul 14.00 wita, mereka berkumpul untuk bersembahyang bersama. Seusai
kegiatan tersebut, semua peserta dibagi menjadi dua kelompok. Yang putra
menjadi satu barisan, dan yang putri berada pada barisan lain. Kedua kelompok
tersebut mengambil posisi saling berhadapan di jalan utama desa. Setelah
seorang sesepuh desa memberikan aba-aba, kedua kelompok saling mendekat.
Peserta yang akan melakukan tradisi ini digendong sesuai urutannya, kemudian dipertemukan dengan pasangan lawan jenisnya. Setelah bertemu pada suatu titik
kemudian mereka saling tarik-menarik, berpelukan dan berciuman disaksikan
ribuan penonton, warga sekitar maupun wisatawan.
Prosesi
tersebut dilakukan bergantian dan bergiliran hingga semua peserta kebagian
berciuman. Namun menurut cerita, untuk mencium pasangan tidaklah mudah,
mengingat ramainya dan berjubel para penonton yang memadati area. Bagi mereka
yang berhasil mencium pasangannya, dibolehkan berhenti setelah para tetua adat
membunyikan peluit. Jika tidak berhasil, pasangan tersebut akan disiram air
hingga basah kuyub. Awalnya siraman air ini hanya diberlakukan untuk pasangan
yang gagal berciuman, namun karna antusias dengan kemeriahan tersebut, hampir
tiap peserta diguyur setelah usai berciuman. Sehingga tradisi ini memang rentan
dengan air dan basah-basahan.
II.
Pro
dan Kontra
Tidak semua
masyarakat Bali, bahkan warga Desa Sesetan sendiri, menyetujui tradisi
Omed-omedan. Dengan berbagai alasan, seperti adanya undang-undang pornografi,
ketidaksesuaian dengan norma kesopanan, dan kontra lainnya. Tradisi ini pernah
ditiadakan pada sekitar tahun 1970-an oleh keputusan para sesepuh Banjar. Namun
tak lama berselang, ada kejadian aneh dan unik yang terjadi di pelataran Puri
Oka. Yaitu perkelahian antara dua ekor babi yang asal-usulnya tidak diketahui
kepemilikannya, dan darimana. Anehnya, di tengah perkelahian, dua ekor babi
tersebut menghilang seketika. Oleh warga sekitar, kejadian tersebut dianggap
sebagai pertanda buruk. Maka Omed-omedan pun kembali dijalankan sebagai tradisi
tiap tahunnya.
I.
Lampiran
sebelum dilakukan prosesi, teruna teruni sembahyang dulu |
ritual sembahyang |
ini nih suasana omed omedan, ramai kan? |
barisan teruni antri giliran |
* Omed-omedan memiliki seragam khusus tiap tahunyya. Artikel diatas diambil dari berbagai sumber yang kemudian saya olah dengan bahasa sendiri. Untuk gambarnya, saya hanya googling hehe maklum belum pernah menyaksikan omed-omedan secara langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sederhana, tidak sempurna, kesalahan pasti ada. Bagaimana menurutmu?