Aku lelah berkeluh kesah. Mengeluhkan
seseorang yang mungkin tak menjadikanku sebagai tempatnya meluangkan waktu.
Sungguh hanya orang baru dan aku sadari itu.
“Kadang aku masih suka lupa kalau
aku sudah punya kamu,” pengakuanmu sore itu.
Aku tak heran, kita masih dalam
tahap beradaptasi. Bahkan memang seharusnya butuh waktu lebih. Terlalu cepat
dan memang kuakui itu.
Ada yang tau rasanya?
Mengutamakan seseorang yang sepertinya tak mengutamakan kita. Ketika berharap
namun pengabaian yang kita dapat.
Mungkin Sakura tau, saat sayatan
tipis mendarat di kulit batangnya.
Aku masih ingat Sabtu itu.
Pertemuan pertama, kamu menjemputku.
Bahkan hari-hari sebelum itu,
masih terekam baik di otakku. Saat di mana kita saling bertukar pesan. Saling
membalas. Menjaga obrolan agar tetap menyenangkan. Dengan ritme yang takperlu
menunggu lama.
Lebih dari sekedar ingat, aku
merindukannya.
Semenjak Sabtu itu, hari-hariku
menyenangkan. Pertama jumpa kita lalui seharian. Sedari terang hingga petang, semuanya
berjalan terasa cepat. Kupikir ini awal yang baik untuk
saling mengenal.
“Sejak kita pertama ketemu itu
aku sebenernya pengen ngajak kamu video call, tapi aku malu” katamu beberapa
hari yang lalu.
Padahal, memang semenjak itu kita
seringkali bercengkrama lewat telepon. Dengan atau tanpa video. Ya, semenjak
itu dan juga kala itu. Dengan artian, kini sudah tidak lagi.
Setiap pagi sebelum kamu
berangkat kerja, dan seringkali malam kausisakan waktu untuk terjaga.
Bahkan aku ingat, aku berjuang
keras membangunkanmu pagi itu. Semua media kugunakan, kulakukan berulang. Aku
tak ingin kamu bangun terlambat.
Sampai suatu ketika, kulakukan
itu di siang hari. Kamu tak suka. Posesif, katamu. Satu kata deskripsi diri
yang takpernah kuterima sebelumnya. Seperti apa yang kubilang tadi,
kita masih dalam tahap beradaptasi.
Sejak siang itu kami mengambil
jalan tengah. Kami berdua mengalah. Dia yang belajar untuk mengabariku, dan aku
yang belajar untuk tak kerap kali menghubunginya.
Baiklah.
Empat hari aku aku mencoba. Aku
tahu kamu sadar, frekuensi tap notifmu berkurang.
Dulu aku percaya, salah satu cara
mendapat perhatian adalah dengan cara tak memperhatikan. Tapi ternyata, hal ini
takbisa kubuktikan.
Aku masih tetap, menahan dan
mengharapkan kerinduan.
Mulai terpikir, jika kamu terlalu
lama beradaptasi, mungkin aku akan lebih dulu berhasil; terbiasa tanpa
kehadiranmu. Dan aku takut itu menjadi awal yang kurang baik.
Sabtu kemarin aku bertanya, apa
yang kamu rasakan dengan ada dan tidak adanya aku? Diam sejenak, kamu berpikir.
“Sama aja,” katamu. Ditambah dengan dua tiga kalimat pendukung lainnya, aku
sudah menebak. Dari sikapmu pun aku tak berharap banyak.
Aku tak berharap banyak............
Seandainya pertanyaan itu berlaku
untuk diriku, aku akan menjawab; dengan adanya kamu aku bahagia, dengan tidak adanya
kamu aku merindu.
Gadis yang telah lama tak membuka hati
***
If you don't mind to visit my previous story: http://bit.ly/2iLN1Ev
ohh Tuhan ku cinta dia, rindu dia, inginkan diaaaaaa
BalasHapusyg punya blog udah lupa
BalasHapus